MAKALAHTUGAS ILMU SOSIAL DASAR. Pertentangan Sosial dan Integrasi Masyarakat. Dosen : Herry Sussanto. Oleh : Adelia Widyanti (10117105) Universitas Gunadarma. Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi. Jurusan Sistem Informasi. Kelas 1KA06. 2018. A Pertentangan Sosial dan Integrasi Masyarakat Hidup bermasyarakat yaitu sebuah hubungan antar individu-individu maupun antar kelompok dan golongan yang terjadi dalam proses kehidupan. Hidup bermasyarakat juga berarti kehidupan dinamis, dimana setiap anggota masyarakat salaing berinteraksi. Jadi pertentangan-pertentangan sosial dalam masyarakat seperti perbedaan kepentingan, prasangka, diskriminasi, etnosentrisme serta integrasi sosial harus bisa dihindari dan bisa diselesaikan permasalahannya dan dicari solusi apa yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan tersebut agar tidak terjadi konflik dan perbedaan antara masyarakat sekitar. Vay Tiền Nhanh. MAKALAH Ilmu Sosial Dasar Pertentangan-Pertentangan Sosial dan Integritas Oleh kelompok ZULKARNAIN Fakultas Pertanian Jurusan Kehutanan Universitas Muhammadiyah Makassar Tahun Ajaran 2013/2014 Kata Pengantar Alhamdulillahirobbil Alamin segala Puji dan Syukur kami Panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kami sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini, Namun kami menyadari makalah ini belum dapat dikatakan sempurna karena mungkin masih banyak kesalahan-kesalahan. Shalawat serta salam semoga selalu dilimpahkan kepada junjunan kita semua habibana wanabiana Muhammad SAW, kepada keluarganya, kepada para sahabatnya, dan mudah-mudahan sampai kepada kita selaku umatnya. Makalah ini kami membahas mengenai “ Pertentangan-pertentangan Sosial dan Integritas”. dengan makalah ini kami mengharapkan agar dapat membantu sistem pembelajaran. kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini. Akhir kata kami ucapkan terimakasih atas segala perhatiannya. Makassar, 17 Juni 2014 Penyusun DAFTAR ISI SAMPUL…………………………………….…….…………………………… i KATA PENGANTAR...........................................................………..…...……. ii DAFTAR ISI…................................................................................................. iii BAB I PENDAHULUAN…................................................................................1 A. Latar Belakang…………………………………………………………….1 B. Tujuan…………………………………………..………………………… 1 BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………… 2 A. Pengertian pertentangan social dan ingrasi…………………...….………. 2 B. Pertentangan social dan integrasi…………………………………..…...… 6 C. Penjelasan pertentangan social………...…………………………..……... 6 D. Penjelasan integrasi…………………………………………………....… 14 BAB III PENUTUP……………………………………………………………… 19 A. Kesimpulan……………………………………………………………… 19 B. Saran……………………………………………………………….…. 20 DAFTAR PUSTAKA………………………………..………………..…… 21 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tingkah laku individu satu dengan individu lain pasti berbeda. Individu bertingkah laku karena ada dorongan untuk memenuhi kepentingannya. Tapi apabila gagal dalam memenuhi kepentingannya akan banyak menimbulkan masalah baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya. Pada kenyataannya tidak semua masyarakat membentuk sebuah harmonisasi. Pada kondisi-kondisi tertentu hubungan antara masyarakat diwarnai berbagai persamaan. Namun sering juga didapati perbedaan-perbedaan, bahkan pertentangan dalam masyarakat. Hal-hal seperti itulah yang menimbulkan perpecahan dalam masyarakat. Salah satu contohnya adalah Pertentangan sosial dan integrita masyarakat. suatu hal yang saling berkaitan, apabila seorang individu mempunyai prasangka dan akan cenderung membuat sikap untuk membeda-bedakan. Maka akan terjadi sikap bahwa kebudayaan dirinya lebih baik daripada kebudayaan orang lain, sehingga timbullah konflik yaitu berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau kekerasan. Di dalam kelompok masyarakat Indonesia, konflik dapat disebabkan karena faktor harga diri dan kebanggaan kelompok terusik, adanya perbedaan pendirian atau sikap, perbedaan kebudayaan, benturan kepentingan politik, ekonomi, kekuasaan. Adat kebiasaan dan tradisi yang hidup dalam masyarakat merupakan tali pengikat kesatuan perilaku di dalam masyarakat. Suatu kelompok yang ada dalam keadaan konflik yang berlangsung lama biasanya mengalami disintegrasi. Dan untuk menyelesaikan semua itu melalui integrasi masyarakat. B. Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian pertentangan sosial dan integrasi masyarakat, mengetahui teori-teori tentang pertentangan sosial dan integrasi masyarakat, serta membahas masalah-masalah atau studi kasus pertentangan sosial dan integrasi terjadi di lingkungan masyarakat. BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian pertentangan sosial dan integrasi a. Pertentangan Sosial Teori Pertentangan sosial adalah teori yang memandang bahwa perubahan sosial tidak terjadi melalui proses penyesuaian nilai-nilai yang membawa perubahan, tetapi terjadi akibat adanya konflik yang menghasilkan kompromi-kompromi yang berbeda dengan kondisi semula. Teori ini didasarkan pada pemilikan sarana- sarana produksi sebagai unsur pokok pemisahan kelas dalam masyarakat. Ada berbagai sumber teori tentang pertentangan social, antara lain 1. Teori Konflik Menurut Lewis A. Coser Konflik dapat merupakan proses yang bersifat instrumental dalam pembentukan, penyatuan dan pemeliharaan struktur sosial. Konflik dapat menempatkan dan menjaga garis batas antara dua atau lebih kelompok. Konflik dengan kelompok lain dapat memperkuat kembali identitas kelompok dan melindunginya agar tidak lebur ke dalam dunia sosial sekelilingnya. Menurut Coser konflik dibagi menjadi dua, yaitu a Konflik Realistis,berasal dari kekecewaan terhadap tuntutan- tuntutan khusus yang terjadi dalam hubungan dan dari perkiraan kemungkinan keuntungan para partisipan, dan yang ditujukan pada obyek yang dianggap mengecewakan. Contohnya para karyawan yang mogok kerja agar tuntutan mereka berupa kenaikan upah atau gaji dinaikkan. b Konflik Non- Realistis, konflik yang bukan berasal dari tujuan- tujuan saingan yang antagonis, tetapi dari kebutuhan untuk meredakan ketegangan, paling tidak dari salah satu pihak. Coser menjelaskan dalam masyarakat yang buta huruf pembasan dendam biasanya melalui ilmu gaib seperti teluh, santet dan lain- lain. Sebagaimana halnya masyarakat maju melakukan pengkambinghitaman sebagai pengganti ketidakmampuan melawan kelompok yang seharusnya menjadi lawan mereka. 2. Teori Konflik Menurut Ralf Dahrendorf Teori konflik Ralf Dahrendorf merupakan separuh penerimaan, separuh penolakan, serta modifikasi teori sosiologi Karl Marx. Karl Marx berpendapat bahwa pemilikan dan Kontrol sarana- sarana berada dalam satu individu- individu yang sama. Menurut Dahrendorf tidak selalu pemilik sarana- sarana juga bertugas sebagai pengontrol apalagi pada abad kesembilan belas. Bentuk penolakan tersebut ia tunjukkan dengan memaparkan perubahan yang terjadi di masyarakat indutri semenjak abad kesembilan belas. Diantaranya • Dekomposisi Modal Menurut Dahrendorf timbulnya korporasi- korporasi dengan saham yang dimiliki oleh orang banyak, dimana tak seorangpun memiliki kontrol penuh merupakan contoh dari dekomposisi modal. Dekomposisi tenaga. • Dekomposisi Tenaga Kerja Di abad spesialisasi sekarang ini mungkin sekali seorang atau beberapa orang mengendalikan perusahaan yang bukan miliknya, seperti halnya seseorang atau beberapa orang yang mempunyai perusahaan tapi tidak mengendalikanya. Karena zaman ini adalah zaman keahlian dan spesialisasi, manajemen perusahaan dapat menyewa pegawai- pegawai untuk memimpin perusahaanya agar berkembang dengan baik. • Timbulnya Kelas Menengah Baru Pada akhir abad kesembilan belas, lahir kelas pekerja dengan susunan yang jelas, di mana para buruh terampil berada di jenjang atas sedang buruh biasa berada di bawah. Penerimaan Dahrendorf pada teori konflik Karl Marx adalah ide mengenai pertentangan kelas sebagai satu bentuk konflik dan sebagai sumber perubahan sosial. Kemudian dimodifikasi oleh berdasarkan perkembangan yang terjadi akhir- akhir ini. Dahrendorf mengatakan bahwa ada dasar baru bagi pembentukan kelas, sebagai pengganti konsepsi pemilikan sarana produksi sebagai dasar perbedaan kelas itu. Menurut Dahrendorf hubungan- hubungan kekuasaan yang menyangkut bawahan dan atasan menyediakan unsur bagi kelahiran kelas. Dahrendorf mengakui terdapat perbedaan di antara mereka yang memiliki sedikit dan banyak kekuasaan. Perbedaan dominasi itu dapat terjadi secara drastis. Tetapi pada dasarnya tetap terdapat dua kelas sosial yaitu, mereka yang berkuasa dan yang dikuasai. Dalam analisanya Dahrendorf menganggap bahwa secara empiris, pertentangan kelompok mungkin paling mudah di analisa bila dilihat sebagai pertentangan mengenai ligitimasi hubungan- hubungan kekuasaan. Dalam setiap asosiasi, kepentingan kelompok penguasa merupakan nilai- nilai yang merupakan ideologi keabsahan kekuasannya, sementara kepentingan- kepentingan kelompok bawah melahirkan ancaman bagi ideologi ini serta hubungan- hubungan sosial yang terkandung di dalamnya. b. Integrasi Integrasi berasal dari bahasa inggris “integration” yang berarti kesempurnaan atau keseluruhan. integrasi sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memilki keserasian fungsi. Definisi lain mengenai integrasi adalah suatu keadaan di mana kelompok-kelompok etnik beradaptasi dan bersikap komformitas terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat, namun masih tetap mempertahankan kebudayaan mereka masing-masing. Integrasi memiliki 2 pengertian, yaitu Pengendalian terhadap konflik dan penyimpangan sosial dalam suatu sistem sosial tertentu. Membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu. Sedangkan yang disebut integrasi sosial adalah jika yang dikendalikan, disatukan, atau dikaitkan satu sama lain itu adalah unsur-unsur sosial atau kemasyarakatan. Suatu integrasi sosial di perlukan agar masyarakat tidak bubar meskipun menghadapi berbagai tantangan, baik merupa tantangan fisik maupun konflik yang terjadi secara sosial budaya. Suatu masyarakat senantiasa terintegrasi di atas tumbuhnya konsensus kesepakatan di antara sebagian besar anggota masyarakat tentang nilai-nilai kemasyarakatan yang bersifat fundamental mendasar Masyarakat terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi anggota dari berbagai kesatuan sosial cross-cutting affiliation. Setiap konflik yang terjadi di antara kesatuan sosial dengan kesatuan sosial lainnya akan segera dinetralkan oleh adanya loyalitas ganda cross-cutting loyalities dari anggota masyarakat terhadap berbagai kesatuan sosial. Penganut konflik berpendapat bahwa masyarakat terintegtrasi atas paksaan dan karena adanya saling ketergantungan di antara berbagai kelompok. Integrasi sosial akan terbentuk apabila sebagian besar masyarakat memiliki kesepakatan tentang batas-batas teritorial, nilai-nilai, norma-norma, dan pranata-pranata sosial A. Faktor Internal Kesadaran diri sebagai makhluk social Tuntutan kebutuhan Jiwa dan semangat gotong royong. B. Faktor External Tuntutan perkembangan zaman Persamaan kebudayaan Terbukanya kesempatan berpartisipasi dalam kehidupan bersama Persamaan visi, misi, dan tujuan Sikap toleransi adanya kosensus nilai adanya tantangan dari luar. B. Penjelasan Pertentangan social a pertentangan sosial I. Perbedaan Kepentingan Hidup bermasyarakat adalah hidup dengan berhubungan baik antara dihubungkan dengan menghubungkan antara individu-individu maupun antara kelompok dan golongan. Hidup bermasyarakat juga berarti kehidupan dinamis dimana setiap anggota satu dan lainnya harus saling memberi dan menerima. Anggota memberi karena ia patut untuk memberi dan anggota penerima karena ia patut untuk menerima. Ikatan berupa norma serta nilai-nilai yang telah dibuatnya bersama diantara para anggotanya menjadikan alat pengontrol agar para anggota masyarakat tidak terlepas dari rel ketentuan yang telah disepakati itu. Kepentingan merupakan dasar dari timbulnya tingkah laku dari individu. Individu bertingkah laku karena adanya dorongan untuk memenuhi kepentingannya. Kepentingan ini bersifat esensial bagi kelangsungan kehidupan individu itu sendiri. Jika individu berhasil memenuhi kepentingannya, maka mereka akan merasa puas dan sebaliknya bila gagal akan menimbulkan masalah bagi diri sendiri maupun bagi lingkungannya. Individu yang berpegang pada prinsipnya saat bertingkah laku, maka kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh individu tersebut dalam masyarakat merupakan kepuasan pemenuhan dari kepentingan tersebut. Oleh karena itu, individu mengandung arti bahwa tidak ada dua orang yang sama persis dalam aspek-aspek pribadinya, baik jasmani maupun rohaninya. Dengan itu, maka akan muncul perbedaan kepentingan pada setiap individu, seperti individu untuk memperoleh kasih sayang. individu untuk memperoleh harga diri. individu untuk memperoleh penghargaan yang sama. individu untuk memperoleh prestasi dan posisi. individu untuk dibutuhkan orang lain. individu untuk memperoleh kedudukan didalam kelomponya. individu untuk memperoleh rasa aman dan perlindungan diri. individu untuk memperoleh kemerdekaan diri. Dalam hal diatas menunjukkan ketidakmampuan suatu ideologi mewujudkan idealisme yang akhirnya akan melahirkan suatu konflik. Hal mendasar yang dapat menimbulkan suatu konflik adalah jarak yang terlalu besar antara harapan dengan kenyataan pelaksanaan. Rasa solider, toleransi, tenggang rasa, tepa selira sebagai bukti kuatnya ikatan itu. Pada diri setiap anggota terkandung makna adanya saling ikut merasakan dan saling bertanggungjawab pada setiap sikap tindak baik mengarah kepada yang positif maupun negatif. Sakit anggota masyarakat satu akan dirasakan oleh anggota lainnya. Tetapi disamping adanya suatu harmonisasi, disisi lain keadaan akan m enjadi sebaliknya. Bukan harmonisasi ditemukan, tetapi disharmonisasi. Bukan keadaan organisasi tetapi disorganisasi. Sering kita temui keadaan dimasyarakat para anggotanya pada kondisi tertentu, diwarnai oleh adanya persamaan-persamaan dalam berbagai hal. Tetapi juga didapati perbedaan-perbedaan dan bahkan sering kita temui pertentangan-pertentangan. Sering diharapkan panas sampai petang tetapi kiranya hujan setengah hari, karena sebagus-bagusnya gading akan mengalami keretakan. Itulah sebabnya keadaan masyarakat dan negara mengalami kegoyahan-kegoyahan yang terkadang keadaan tidak terkendali dan dari situlah terjadinya perpecahan. Sudah tentu sebabnya, misalnya adanya pertentangan karena perbedaan keinginan. Perbedaan kepentingan sebenarnya merupakan sifat naluriah disamping adanya persamaan kepentingan. Bila perbedaan kepentingan itu terjadi pada kelompok-kelompok tertentu, misalnya pada kelompok etnis, kelompok agama, kelompok ideologi tertentu termasuk antara mayoritas dan minoritas. II. Prasangka, Diskriminasi dan Etnosentrisme a. pengertian prasangka dan diskriminatif Prasangka dan Diskriminasi dapat merugikan pertumbuh-kembangan dan bahkan integrasi masyarakat. Prasangka mempunyai dasar pribadi, dimana setiap orang memilikinya. Melalui proses belajar dan semakin dewasanya manusia, membuat sikap cenderung membeda-bedakan dan sikap tersebut menjurus kepada prasangka. Apabila individu mempunyai prasangka dan biasanya bersifat diskriminatif terhadap ras yang diprasangka. Jika prasangka disertai dengan agresivitas dan rasa permusuhan, biasanya orang yang bersangkutan mencoba mendiskiminasikan pihak-pihak lain yang belum tentu salah, dan akhirnya dibarengi dengan sifat Justifikasi diri, yaitu pembenaran diri terhadap semua tingkah laku diri. Prasangka prejudice diaratikan suatu anggapan terhadap sesuatu dari seseorang bahwa sesuatu itu buruk dengan tanpa kritik terlebih dahulu. Bahasa arab menyebutnya “sukhudzon”. Orang, secara serta merta tanpa timbang-timbang lagi bahwa sesuatu itu buruk. Disisi lain bahasa arab “khusnudzon” yaitu anggapan baik terhadap sesuatu. Prasangka menunjukkan pada aspek sikap sedangkan diskriminasi pada tindakan. Menurut Morgan 1966 sikap adalah kecenderungan untuk merespon baik secara positif atau negarif terhadap orang, obyek atau situasi. Sikap seseorang baru diketahui setelah ia bertindak atau beringkah laku. Oleh karena itu, bisa saja bahwa sikap bertentangan dengan tingkah laku atau tindakan. Jadi prasangka merupakan kecenderungan yang tidak nampak, dan sebagai tindak lanjutnya timbul tindakan, aksi yang sifatnya realistis. Dengan demikian diskriminatif merupakan tindakan yang relaistis, sedangkan prsangka tidak realistis dan hanya diketahui oleh diri individu masing-masing. Prasangka ini sebagian besar sifatnya apriori, mendahului pengalaman sendiri tidak berdasarkan pengalaman sendiri, karena merupakan hasil peniruan atau pengoperan langsung pola orang lain. Prasangka bisa diartikan suatu sikap yang telampau tergesa-gesa, berdasarkan generalisasi yang terlampau cepat, sifat berat sebelah, dan dibarengi proses simplifikasi terlalu menyederhanakan terhadap sesuatu realita. Dalam kehidupan sehari-hari prasangka ini banyak dimuati emosi-emosi atau unsur efektif yang kuat. Tidak sedikit orang yang mudah berprasangka, namun banyak juga orang-orang yang lebih sukar berprasangka. Tampaknya kepribadian dan inteligensi, juga faktor lingkungan cukup berkaitan dengan munculnya prasangka. Orang yang berinteligensi tinggi, lebih sukar berprasangka, karena orang-orang macam ini bersikap dan bersifat kritis. Prasangka bersumber dari suatu sikap. Diskriminasi menunjukkan pada suatu tindakan. Dalam pergaulan sehari-hari sikap prasangka dan diskriminasi seolah-olah menyatu, tak dapat dipisahkan. Seseorang yang mempunyai prasangka rasial, biasanya bertindak diskriminasi terhadap ras yang diprasangkainya. Walaupun begitu, biasa saja seseorang bertindak diskriminatif tanpa latar belakang prasangka. Demikian juga sebaliknya seseorang yang berprasangka dapat saja bertindak tidak diskriminatif. Diskriminasi merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, di mana layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut. Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam masyarakat manusia, ini disebabkan karena kecenderungan manusian untuk membeda-bedakan yang lain. Ketika seseorang diperlakukan secara tidak adil karena karakteristik suku, antargolongan, kelamin, ras, agama dan kepercayaan, aliran politik, kondisi fisik atau karateristik lain yang diduga merupakan dasar dari tindakan diskriminasiDiskriminasi langsung, terjadi saat hukum, peraturan atau kebijakan jelas-jelas menyebutkan karakteristik tertentu, seperti jenis kelamin, ras, dan sebagainya, dan menghambat adanya peluang yang sama. Perbedaan Prasangka dan Diskriminasi, prasangka adalah sifat negative terhadap sesuatu. Dalam kondisi prasangka untuk menggapai akumulasi materi tertentu atau untuk status sosial bagi suatu individu atau suatu. Seorang yang berprasangka rasial biasanya bertindak diskriminasi terhadap rasa yang diprasangka. B. Sebab-Sebab Timbulnya Prasangka dan Diskriminasi 1. Berlatar belakang sejarah. Orang-orang kulit putih di Amerika Serikat berprasangka negatif terhadap orang-orang Negro, berlatar belakang pada sejarah masa lampau, bahwa orang-orang kulit putih sebagai tuan dan orang-orang Negro berstatus sebagai budak. Bangsa kita masih menganggap bangsa Belanda adalah bangsa dilatarbelakangi karena pada masa lampau Bangsa Belanda menjajah Indonesia selama kurang lebih 3,5 abad. 2. Dilatar-belakangi oleh perkembangan sosio-kultural dan situasional. Harta kekayaan orang-orang kaya baru, diprasangkai bahwa harta-harta itu didapat dari usaha-usaha yang tidak halal. Antara lain dari usaha korupsi dan penyalahgunaan wewenang sebagai pejabat dan lain sebagainya. 3. Bersumber dari faktor kepribadian. Bersifat prasangka merupakan gambaran sifat seseorang. Tipe authorian personality adalah sebagian ciri kepribadian seseorang yang penuh prasangka, dengan ciri-ciri bersifat konservatif dan tertutup. 4. Berlatar belakang perbedaan keyakinan, kepercayaan dan agama. Banyak sekali konflik yang ditimbulkan karean agama. Seperti yang kita alami sekarang diseluruh penjuru dunia. Sebab-sebab terjadinya prasangka 1. Pendekatan Historis Pendekatan ini berdasarkan teori pertentangan kelas, menyalahkan kelas rendah di mana mereka yang tergolong kelas atas mempunyai alasan untuk berprasangka terhadap kelas rendah 2. Pendekatan Sosiokultural dan Situasional a Mobilitas sosial gerak perpindahan dari strata satu ke strata sosial lainnya. Artinya kelompok orang yang mengalami penurunan status akan terus mencari alasan mengenai nasib buruknya. b Konflik antara kelompok prasangka sebagai realitas dari dua kelompok yang bersaing. c Stagma perkantoran ketidakamanan atau ketidakpastian di kota disebabkan oleh “noda” yang dilakukan oleh kelompok tertentu. d Sosialisasi prasangka muncul sebagai hasil dari proses pendidikan, melalui proses sosialisasi mulai kecil hingga dewasa. 3. Pendekatan Kepribadian Teori ini menekankan pada faktor kepribadian sebagai penyebab prasangka, disebut dengan frustasi agresi. Menurut teori ini keadaan frustasi merupakan kondisi yang cukup untuk timbulnya tingkah laku agresif. 4. Pendekatan Fenomenologis Pendekatan ini ditekankan pada bagian individu memandang atau mempersepsikan lingkungannya, sehingga persepsilah yang menyebabkan prasangka. 5. Pendekatan Naïve Bahwa prasangka lebih menyoroti obyek prasangka tidak menyoroti individu yang berprasangka. C. Usaha-Usaha Mengurangi atau Menghilangkan Prasangka dan Diskriminasi Dapat dilakukan dengan perbaikan kondisi sosial dan ekonomi, pemerataan pembangunan, dan usaha peningkatan pendapatan bagi WNI yang masih di bawah garis kemiskinan. Perluasan kesempatan belajar. Sikap terbuka dan lapang harus selalu kita sadari. D. Pengertian Etnosentrisme Etnosentrisme yaitu suatu kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan norma-norma kebudayaannya sendiri sebagai sesuatu yang prima, terbaik, mutlak dan dipergunakan sebagai tolak ukur untuk menilai dan membedakannya dengan kebudayaan lain. Etnosentrisme merupakan kecenderungan tak sadar untuk menginterpretasikan atau menilai kelompok lain dengan tolak ukur kebudayaannya sendiri. Etnosentrisme terjadi jika masing-masing budaya bersikukuh dengan identitasnya, menolak bercampur dengan kebudayaan lain. Porter dan Samovar mendefinisikan etnosentrisme seraya menuturkan, “Sumber utama perbedaan budaya dalam sikap adalah etnosentrisme, yaitu kecenderungan memandang orang lain secara tidak sadar dengan menggunakan kelompok kita sendiri dan kebiasaan kita sendiri sebagai kriteria untuk penilaian. Makin besar kesamaan kita dengan mereka, makin dekat mereka dengan kita; makin besar ketidaksamaan, makin jauh mereka dari kita. Kita cenderung melihat kelompok kita, negeri kita, budaya kita sendiri, sebagai yang paling baik, sebagai yang paling bermoral.” Etnosentrisme membuat kebudayaan kita sebagai patokan untuk mengukur baik-buruknya kebudayaan lain dalam proporsi kemiripannya dengan budaya kita. Ini dinyatakaan dalam ungkapan “orang-orang terpilih”, “progresif”, “ras yang unggul”, dan sebagainya. Biasanya kita cepat mengenali sifat etnosentris pada orang lain dan lambat mengenalinya pada diri sendiri. Sebagian besar, meskipun tidak semuanya, kelompok dalam suatu masyarakat bersifat etnosentrisme. Sikap etnosentrisme dalam tingkah laku berkomunikasi nampak canggung, tidak luwes. Akibatnya etnosentrisme penampilan yang etnosentrik, dapat menjadi penyebab utama kesalah pahaman dalam dapat dianggap sebagai sikap dasar ideologi Chauvinisme pernah dianut oleh orang-orang Jerman pada zaman Nazi Hitler. Mereka merasa dirinya superior, lebih unggul dari bangsa-bangsa lain, dan memandang bangsa-bangsa lain sebagai inferior, lebih rendah, nista dsb. III. Pertentangan social dalam masyarakat Pertentangan mengandung suatu pengertian tingkah laku yang lebih luas dari pada yang biasa dibayangkan orang dengan mengartikannya sebagai pertentangan yang kasar atau perang. Dasar konflik berbeda-beda. Terdapat 3 elemen dasar yang merupakan ciri-ciri dari situasi konflik yaitu 1. Terdapatnya dua atau lebih unit-unit atau baigan-bagian yang terlibat di dalam pertentangan. 2. Unit-unit tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam dalam kebutuhan-kebutuhan, tujuan-tujuan, masalah-masalah, nilai-nilai, sikap-sikap, maupun gagasan-gagasan. 3. Terdapatnya interaksi di antara bagian-bagian yang mempunyai perbedaan-perbedaan tersebut. Pertentangan merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang sering dihubungkan dengannya, misalnya kebencian atau permusuhan. Konflik dapat terjadi pada lingkungan yang paling kecil yaitu individu, sampai kepada lingkungan yang luas yaitu masyarakat, yaitu 1. Pada taraf di dalam diri seseorang, konflik menunjuk kepada adanya pertentangan, ketidakpastian, atau emosi-emosi dan dorongan yang antagonistik didalam diri seseorang. 2. Pada taraf kelompok, konflik ditimbulkan dari konflik yang terjadi dalam diri individu, dari perbedaan-perbedaan pada para anggota kelompok dalam tujuan-tujuan, nilai-nilai, dan norma-norma, motivasi-motivasi mereka untuk menjadi anggota kelompok, serta minat mereka. 3. Pada taraf masyarakat, konflik juga bersumber pada perbedaan di antara nilai-nilai dan norma-norma kelompok dengan nilai-nilai dan norma-norma kelompok yang bersangkutan berbeda. Perbedan-perbedaan dalam nilai, tujuan dan norma serta minat, disebabkan oleh adanya perbedaan pengalaman hidup dan sumber-sumber sosio-ekonomis didalam suatu kebudayaan tertentu dengan yang ada dalam kebudayaan-kebudayaan lain. Adapun cara-cara pemecahan pertentangan tersebut adalah 1. Elimination yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang telibat dalam konflik yang diungkapkan dengan kami mengalah, kami mendongkol, kami keluar, kami membentuk kelompok kami sendiri. 2. Subjugation atau domination, artinya orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar dapat memaksa orang atau pihak lain untuk mentaatinya. 3. Mjority Rule artinya suara terbanyak yang ditentukan dengan voting akan menentukan keputusan, tanpa mempertimbangkan argumentasi. 4. Minority Consent artinya kelompok mayoritas yang memenangkan, namun kelompok minoritas tidak merasa dikalahkan dan menerima keputusan serta sepakat untuk melakukan kegiatan bersama 5. Compromise artinya kedua atau semua sub kelompok yang telibat dalam konflik berusaha mencari dan mendapatkan jalan tengah. 6. Integration artinya pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan, dipertimbangkan dan ditelaah kembali sampai kelompok mencapai suatu keputusan yang memuaskan bagi semua pihak. B. penjelasan Integrasi IV. golongan-golongan yang berbeda dan integrasi sosial Masyarakat Indonesia digolongkan sebagai masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan golongan sosial yang dipersatukan oleh kesatuan nasional yang berwujudkan Negara Indonesia. Masyarakat majemuk dipersatukan oleh sistem nasional yang mengintegrasikannya melalui jaringan-jaringan pemerintahan, politik, ekonomi, dan sosial. Aspek-aspek dari kemasyarakatan tersebut, yaitu Suku Bangsa dan Kebudayaan, Agama, Bahasa, Nasional Indonesia. Masalah besar yang dihadapi Indonesia setelah merdeka adalah integrasi diantara masyarakat yang majemuk. Integrasi bukan peleburan, tetapi keserasian persatuan. Masyarakat majemuk tetap berada pada kemajemukkannya, mereka dapat hidup serasi berdampingan Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi merupakan kesatuan. Adapun hal-hal yang dapat menjadi penghambat dalam integrasi 1. Tuntutan penguasaan atas wilayah-wilayah yang dianggap sebagai miliknya 2. Isu asli tidak asli, berkaitan dengan perbedaan kehidupan ekonomi antar warga negara Indonesia asli dengan keturunan Tionghoa,arab 3. Agama, sentimen agama dapat digerakkan untuk mempertajam perbedaan kesukuan 4. Prasangka yang merupakan sikap permusuhan terhadap seseorang anggota golongan tertentu Integrasi Sosial adalah merupakan proses penyesuaian unsur-unsur yang berbeda dalam masyarakat menjadi satu kesatuan. Unsur yang berbeda tersebut meliputi perbedaan kedudukan sosial,ras, etnik, agama, bahasa, nilai, dan norma. Syarat terjadinya integrasi sosial antara lain • Anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi kebutuhan mereka • Masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan bersama mengenai norma dan nilai sosial yang dilestarikan dan dijadikan pedoman • Nilai dan norma berlaku lama dan tidak berubah serta dijalankan secara konsisten Integrasi Internasional merupakan masalah yang dialami semua negara di dunia, yang berbeda adalah bentuk permasalahan yang dihadapinya. Menghadapi masalah integritas sebenarnya tidak memiliki kunci yang pasti karena latar belakang masalah yang dihadapi berbeda, sehingga integrasi diselesaikan sesuai dengan kondisi negara yang bersangkutan, dapat dengan jalan kekerasan atau strategi politik yang lebih lunak. Beberapa masalah integrasi internasional, antara lain 1. perbedaan ideologi 2. kondisi masyarakat yang majemuk 3. masalah teritorial daerah yang berjarak cukup jauh 4. pertumbuhan partai politik Adapun upaya-upaya yang dilakukan untuk memperkecil atau menghilangkan kesenjangan-kesenjangan itu, antara lain • Mempertebal keyakinan seluruh warga Negara Indonesia terhadap Ideologi Nasional • Membuka isolasi antar berbagai kelompok etnis dan antar daerah/pulau dengan membangun saran komunikasi, informasi, dan transformasi • Menggali kebudayaan daerah untuk menjadi kebudayaan nasional • Membentuk jaringan asimilasi bagi kelompok etnis baik pribumi atau keturunan asing v. Integrasi nasional Integrasi Nasional adalah penyatuan bagian-bagian yang berbeda dari suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh atau memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang banyak jumlahnya menjadi suatu bangsa. Selain itu dapat pula diartikan bahwa integrasi bangsa merupakan kemampuan pemerintah yang semakin meningkat untuk menerapkan kekuasaannya di seluruh wilayah Mahfud MD, 1993 71. - Integrasi tidak sama dengan pembauran atau asimilasi. - Integrasi diartikan integrasi kebudayaan, integrasi sosial, dan pluralisme sosial. - Pembauran dapat berarti asimilasi dan amalganasi. - Integrasi kebudayaan berarti penyesuaian antar dua atau lebih kebudayaan mengenai berapa unsur kebudayaan cultural traits mereka, yang berbeda atau bertentangan, agar dapat dibentuk menjadi suatu sistem kebudayaan yang selaras harmonis. - Melalui difusi penyebaran, di mana-mana unsur kebudayaan baru diserap ke dalam suatu kebudayaan yang berada dalam keadaan konflik dengan unsur kebudayaan tradisional tertentu. Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan perbedaan yang ada pada suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan secara nasional. Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar baik dari kebudayaan ataupun wilayahnya. Di satu sisi hal ini membawa dampak positif bagi bangsa karena kita bisa memanfaatkan kekayaan alam Indonesia secara bijak atau mengelola budaya budaya yang melimpah untuk kesejahteraan rakyat, namun selain menimbulkan sebuah keuntungan, hal ini juga akhirnya menimbulkan masalah yang baru. Kita ketahui dengan wilayah dan budaya yang melimpah itu akan menghasilkan karakter atau manusia manusia yang berbeda pula sehingga dapat mengancam keutuhan bangsa Indonesia. Contoh-contoh penghambat integrasi nasional a Perbedaan kepentingan, dengan masyarakat yang majemuk tentu akan menimbulkan pula perbedaan kepentingan antara yang satu dan yang lain, dan bila tidak disikapi secara dewasa hal ini juga dapat menimbulkan gesekan gesekan masyarakat. b Diskriminasi, adalah perlakuan yang tidak adil dan memihak hanya kesatu pihak saja. c Masih berkembangnya paham ethosentris, yaitu paham yang menganggap budayanya adalah yang paling unggul dan merendahkan budaya yan lainnya. d Masih maraknya isu keagamaan dan saling menjelek-jelekkan antara agama yang satu danyang lainnya. e Kurangnya rasa persatuan dan kesatuan f Bhinneka tunggal ika hanya sebatas wacana namun tidak pernah diterapkan atau di praktekkan. Contoh-contoh pendorong integrasi nasional a Adanya rasa keinginan untuk bersatu agar menjadi negara yang lebih maju dan tangguh di masa yang akan datang. b Rasa cinta tanah air terhadap bangsa Indonesia. c Adanya rasa untuk tidak ingin terpecah belah, karena untuk mencari kemerdekaan itu adalah hal yang sangat sulit. d Adanya sikap kedewasaan di sebagian pihak, sehingga saat terjadi pertentangan pihak ini lebih baik mengalah agar tidak terjadi perpecahan bangsa. e Adanya rasa senasib dan sepenanggungan f Adanya rasa dan keinginan untuk rela berkorban bagi bangsa dan negara demi terciptanya kedamaian BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Manusia sebagai makhluk sosial selalu berinteraksi dengan sesama manusia. Ketika berinteraksi dengan sesama manusia, selalu diwarnai dua hal, yaitu konflik dan kerjasama. Dengan demikian konflik merupakan bagian dari kehidupan manusia, karena itu tidak ada masyarakat yang steril dari realitas konflik. Pertentangan dan konsensus, integrasi dan perpecahan adalah proses fundamental yang walau dalam porsi dan campuran yang berbeda, merupakan bagian dari setiap sistem sosial yang dapat dimengerti. Karena konflik merupakan bagian kehidupan sosial, maka dapat dikatakan konflik sosial merupakan sebuah keniscayaan yang tidak dapat ditawar. Di setiap masyarakat pasti muncul pertentangan-pertentangan atau permasalahan-permasalahan, di antaranya 1 Perbedaan Kepentingan ada 2 kepentingan dalam diri individu, yakni kepentingan biologis dan kepentingan sosial/psikologis. 2 Prasangka dan Diskriminatif prasangka yang menunjukkan aspek sikap sedangkan diskriminatif pada tindakan. 3 Ethnosentrisme dan Stereotype Ethnosentrisme kebudayaan dirinya lebih unggul dari kebudayaan lainnya. Stereotype gambaran dan anggapan jelek. 4 Konflik dalam kelompok Suatu tingkah laku yang dibedakan emosi tertentu yang sering dihubungkan dengannya. Cara pengendalian dari permasalahan-permasalahan di atas, yaitu melalui integrasi masyarakat dan nasional, yang mengandung pengertian Integrasi Masyarakat adanya kerjasama dari seluruh anggota masyarakat. Integrasi Nasional organisasi-organisasi formal melalui mana masyarakat menjalankan keputusan-keputusan yang berwenang. B. Saran Konflik sosial sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Namun apabila kita sikapi dengan baik maka konflik tersebut dapat memberikan masukan yang baik terhadap kehidupan. Oleh karena itu, apabila terjadi konflik hendaknya kita menyelesaikan dengan baik agar tidak terjadi konflik yang berkelanjutan antara pihak-pihak yang berkonflik. Daftar Pustaka Add caption Pertentangan Sosial dan Integrasi Masyarakat Makalah Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Dasar Dosen Ismail Akbar Brahma Disusun oleh Shafwaturrijal 55417618 1IA16 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA 2018 KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’al yang telah memberikan karunia-NYA kepada kita semua. Terutama kepada penulis, karena atas karunia dan kehendak-NYA penulis dapat menyelasaikan makalah ini. Tujuan penulisan makalah yang berjudul Pertentangan Sosial dan Integrasi Masyarakat adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Dasar sebagai mata kuliah softskill di Universitas Gunadarma. Penulis juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu penulis dalam pembuatan makalah ini, terutama kepada Bapak Ismail Akbar Brahma sebagai dosen Ilmu Sosial Dasar. Penulis juga membuat makalah ini dengan harapan bahwa makalah ini akan bermanfaat bagi yang membacanya. Kritik dan saran, penulis nantikan agar lebih baik kedepannya. Depok, 04 Januari 2018 Penulis DAFTAR ISI ABSTRAK..................................................................................................................... i KATA PENGANTAR.................................................................................................. ii DAFTAR ISI................................................................................................................ iii BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1 Latar Belakang............................................................................................. 1 Rumusan Masalah...................................................................................... 2 Tujuan dan Manfaat.................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................. 3 PERBEDAAN KEPENTINGAN................................................................. 3 PRASANGKA, DESKRIMINASI DAN ETHNOSENTRISME................ 4 PERTENTANGAN-PERTENTANGAN SOSIAL / KETEGANGAN DALAM MASYARAKAT............................................................................. 5 GOLONGAN-GOLONGAN YANG BERADA DAN INTEGRASI SOSIAL......................................................................................................... 7 INTEGRASI NASIONAL............................................................................. 8 BAB III PENUTUP.................................................................................................... 11 Kesimpulan................................................................................................. 11 Saran........................................................................................................... 11 DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 12 BAB I PENDAHULUAN Kepentingan merupakan dasar timbulnya tingkah laku dari individu. Individu bertingkah laku arena adanya dorongan untuk memenuhi kepentingannya. Kepentingan ini bersifat esensial bagi kelangsungan hidup individu itu sendiri. Jika individu berhasil memenuhi kepentingannya, maka individu akan merasa puas dan sebaliknya bila gagal akan menimbulkan masalah bagi dirinya sendiri maupun bagi karena itu, akan muncul perbedaan kepentingan pada setiap individu, seperti; kepentingan individu untuk memperoleh kasih sayang, memperoleh harga diri, memperoleh penghargaan yang sama, memperoleh prestasi dan posisi, memperoleh kedudukan di dalam kelompoknya, memperoleh rasa aman dan untuk memperoleh kemerdekaan diri. Seperti yang dijelaskan di atas, apabila individu tidak bisa memenuhi kepentingannya, maka akan terjadi ketidakmampuan suatu ideologi mewujudkan idealisme yang akhirnya akan melahirkan kondisi disintegrasi atau konflik. Permasalahan utama dalam tinjauan konflik adalah adanya perbedaan antara harapan dengan kenyataan pelaksanaan dan hasilnya kenyataan tersebut disebabkan oleh sudut pandang yang berbeda antara pemerintah atau penguasa sebagai pemegang kendali ideologi dengan berbagai kelompok kepentingan sebagai sub-sub ideologi. 1. Apa penyebab terjadinya pertentangn Sosial? 2. Apa yang dimaksud Prasangka, Diskriminasi dan Etnosentrisme? 3. Mengapa permasalahan itu terjadi? 4. Bagaimana cara mengatasi konflik tersebut? 1. Mengetahui masalah apa saja yang terjadi di dalam masyarakat. 2. Mengetahui yang dimaksud Prasangka, Diskriminasi dan Etnosentrisme. 3 3. Latar belakang terjadinya konflik. BAB II PEMBAHASAN PERBEDAAN KEPENTINGAN Kepentingan merupakan dasar dari timbulnya tingkah laku individu. Individu bertingkah laku karena adanya dorongan untuk memenuhi kepentingannya. Kepentingan ini sifatnya esensial bagi kelangsungan hidup individu itu sendiri. Pada umumnya secara psikologis dikenal ada dua jenis kepentingan dalan diri individu yaitu kepentingan untuk memenuhi kebutuhan biologis dan kebutuhan sosial/psikologis. Oleh karena individu mengandung arti bahwa tidak ada dua orang individu yang sama persis di dalam aspek-aspek pribadinya, baik jasmani maupun rohani, maka dengan sendiriinya timbul perbedaan individu dalam hal kepentingannya. Perbedaan tersebut secara garis besar disebabakan oleh dua faktorr, yaitu faktor pembawaan dan lingkungan sosial sebagai komponen utama bagi terbentuknya keunikan individu dalam hal kepentingannya meskipun dengan lingkungan yang sama. Perbedaan-perbedaan kepetingan itu antara lain 1. Kepentingan individu untuk memperoleh kasih sayang. 2. Kepentingan individu untuk memperoleh harga diri. 3. Kepentingan individu untuk memperoleh pengharaan yang sama. 4. Kepentingan individu untuk memperoleh prestasi dan posisi. 5. Kepentingan individu untuk dibutuhkan orang lain. 6. Kepentingan individu untuk memperoleh kedudukan didalam kelompoknya. 7. Kepentingan individu untuk memperoleh rasa aman. 8. Kepentingan individu untuk memperoleh kemerdekaan diri. PRASANGKA, DESKRIMINASI DAN ETHNOSENTRISME Prasangka dan diskriminasi dua hal yang ada relevansinya. Kedua tindakan tersebut dapat merugikan pertumbuhan, perkembangan, dan bahkan integrasi masyarakat. Dari peristiwa kecil yang menyangkut dua orang dapat meluas dan menjalar, melibatkan sepuluh orang, golongan atau wilayah disertai tindakan-tindakan kekerasan dan destruktif yang merugikan. Perbedaan terpokok antara prasangka dan diskriminatif adalah bahwa prasangka menunjukkan pada aspek sikap, sedangkan diskriminatif pada tindakan. Menurut Morgan 1966 sikap adalah kecenderungan untuk merespon baik secara positif atau negarif terhadap orang, obyek atau situasi. Prasangka merupakan kecenderungan yang tidak nampak, dan sebagai tindak lanjutnya timbul tindakan, aksi yang sifatnya realistis. Diskriminatif merupakan tindakan yang relaistis, sedangkan prsangka tidak realistis dan hanya diketahui oleh diri individu masing-masing. Etnosentrisme yaitu suatu kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan norma-norma kebudayaannya sendiri sebagaai sesuatu yang prima, terbaik, mutlak dan diepergunakan sebagai tolok ukur untuk menilai dan membedakannya dengan kebudayaan lain. Ethosentrisme nampaknya merupakan gejala sosial yang universal dan sikap yang demikian biasanya dilakukan secara tidak sadar. Dengan demikian ethosentrisme merupakan kecenderungan tak sadar untuk menginterprestasi atau menilai kelompok lain dengan tolak ukur kebudayaan sendiri. PERTENTANGAN-PERTENTANGAN SOSIAL / KETEGANGAN DALAM MASYARAKAT Konflik pertentangan mengandung suatu pengertian tingkah laku yang lebih luas dari pada yang biasa dibayangkan orang dengan mengartikan sebagai pertentangan yang kasar dan perang. Dasar konlik pun berbeda-beda, dalam hal ini terdapat tiga elemen dasar yang merupakan ciri-ciri dari situasi konflik, yaitu 1 Terdapat dua atau lebih unit/bagian yang terlibat didalam konflik. 2 Unit-unit tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam dalam kebutuhan, tujuan, masalah, nilai, sikap maupun gagasan. 3 Terdapat interaksi antara diantara bagian-bagian yang mempunyai perbedaan-perbedaan tersebut. Konflik merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang sering dihubungkan dengannya, misalnya kebencian atau permusuhan. Konfik dapat terjadi pada lingkungan yang paling kecil yaitu individu, sampai kepada lingkungan yang paling luas, yaitu masyarakat. Konflik mungkin realistis maupun tidak realisyis. Konflik yang realistis terkait dengan tujuan rasional, dan konflik terjadi kebenaran atau merupakan kelengkapan untuk pencapaian tujuan. Dalam konflik yang tidak realistis, konflik tersebut merupakan tujuan itu sendiri. Hampir semua konflik yang berlangsung di dalam kerumitan situasi kehidupan manusia, mempunyai elemen rasional maupun elemen tidak rasional. Lebih jauh lagi konflik-konflik tersebut mungkin fungsional maupun disfungsional pada saat yang bersamaan. Setiap orang atau kelompok dalam menghadapi masalah sosial selalu melihat dari sistem nilai yang berlaku pada kelompoknya. Kesadaran akan pengertian adanya perbedaan kebudayaan sistem nilai, perbedaan sistem agama yang ada di Indonesia adalah sangat penting bagi bangsa Indonesia. Pada dasarnya problema yang dihadapi oleh negara Indonesia meliputi 2 Problema Idelogi Bangsa. 3 Problema Kedaerahan atau Minoritas. Adapun cara pemecahan konflik tersebut adalah sebagasi berikut 1 Elimintion yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat di dalam konflik. 2 Subjugation atau domination artinya orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar dapat memaksa pihak lain untuk mentaatinya. 3 Integration intergrasi artinya pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan, dipertimbangakan dan ditelaah kembali sampai kelompok mencapai suatu keputusan yang memuaskan bagi semua pihak. GOLONGAN-GOLONGAN YANG BERADA DAN INTEGRASI SOSIAL a. Masyarakat mejemuk dan nasion Indonesia Masyarakat Indonesai digolongkan sebagai masyarakat majemuk, yaitu suatu masyarakat negara yang terdiri dari beberapa suku bangsa atau golongan sosial yang dipersatukan oleh kekuatan Nasional, yaitu terwujudnya Negara Indonesia. Masyarakat yang mejemuk tersebut dipersatukan oleh sistem Nasional yang mengintegrasikannya melalui jaringan-jaringan administrasi pemerintahan, politik, ekonomi, dan sosial yang berpusat di kota-kota. Untuk lebih jelas dimukakan aspek dari kemasyarakatan tersebut. 1 Suku Bangsa dan Kebudayaannnya b. Integrasi Penduduk Indonesia yang menempati wilayah yang luas ini bukan hanya terlihat oleh satu sistem kebudayaan, tetapi banyak sistem kebudayaan. Sistem kebudayaan yang berlaku di Indonesia 1 Sistem kebudayaan daerah. 2 Sistem kebudayaan agama, seperti Islam, Kristen, Hindu dan Budha. 3 Sistem kebudayaan Nasional 4 Sistem kebudayaan asing, seperti China, Arab. c. Intergrasi Sosial Intergrasi sosial atau bisa juga disebut integrasi masyarakat ini bermakna terwujudnya solidaritas sosial, rasa kebersamaan antar hubungan masyarakat secara harmonis dalam kerjasama kelompok yang menpunyai sifat, sikap dan watak yang berdeda. INTEGRASI NASIONAL Integrasi Nasional adalah merupakan masalah yang dialami oleh semua negara atau nation yang ada di dunia, yang berbeda adalah bentuk permasalahan yang dihadapinya. Menghadapi masalah integrasi ini sebenarnya tidak memilki kunci yang pasti karena masalah yang dihadapi berbeda dan latar belakang sosio kultural nation state yang berbeda pula. Sehingga masalah integrasi in cenderung diselesaikan sesuai dengan kondisi negara yang bersangkutan. Ada yang menempuh jalan kekerasan dan ada yang menempuh strategi politik yang lenih lunak. 1 Beberapa Permasalahan Integrasi Nasional Permasalahan utama yang dihadapi dalam integrasi nasional ini adalah adanya cara pandang yang berbeda tentang pola laku duniawi dan cara untuk mencapai tujuan. Dengan kata lain masalah integrasi nasional ini pada prinsipnya bersumber pada perbedaan ideologi. Permasalahan yang kedua yaitu permasalahan yang ditimbulkan oleh kondisi masyarakat majemuk, yang terdiri dari berbagai kelompok etnis lain diantara penduduk pribumi maupun keturunan asing. Menurut Harsya Bachtiar, kelompok etnis atau suku-suku bangsa yang ada di daerah merupakan nation-nation pribumi yang telah terbentuk lama sebelum nation Indonesia diproklamasikan. Mereka memilih ciri-ciri sendiri yang merupakan ciri-ciri suatu nation. Permasalahan ketiga adalah masalah teritorial daerah yang sering kali berjarak cukup jauh. Lebih-lebih Indonesia yang berbentuk negara kepulauan dan merupakan arus lalu lintas dua benua dan dua samudera. Kondisi ini akan lebih mempererat rasa solidaritas kelompok etnis tertentu. Permasalahan keempat ditinjau dari kehidupan dan pertumbuhan partai politik. Permasalahan politik di Indonesia berpengaruh pula dalam mencapai integrasi nasional. Charles Lear’s Taylor dan Michael C. Hudson mencatat beberapa indikator pertentangan politik di Indonesia yaitu terjadinya demonstrasi, kerusuhan, meningkatnya angka kematian akibat kekerasan politik, pemindahan kekuasaan eksekutif yang bersifat reguler. Di samping perbedaan golongan itu sendiri mempunyai potensi untuk menuju ke arah integrasi dengan sistem silang menyilang. Usaha-usaha yang dilaksanakan untuk memperkecil dan menghilangkan kesenjangan-kesenjangan itu antara lain a. Menggali kebudayaan daerah untuk dijadikan kebudayaan nasional dan membina penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. b. Melalui jalur-jalur formal seperti pendidikan perundang-undangan yang berlaku bagi seluruh warga negara dan pendidikan formal lainnya. 3 Integrasi Nasional dalam Perspektif Seperti yang diasumsikan oleh Harsya W. Bachtiar bahwa masalah integrasi nasional akan tetap merupakan masalah, tanpa memandang apakah itu negara baru ataupun negara yang sudah lama, karena pada setiap soal konflik dapat saja terjadi. Disamping itu berpedoman pada teori Walter T. Martin yang telah dikemukakan terdahulu bahwa perbedaan golongan mempunyai dua kemungkinan yang sama besar untuk menjadi konflik disintegrasi atau integrasi, maka kemungkinan integrasi nasional menjadi masalah, sama besar dengan tercapainya integrasi. Namun demikian integrasi nasional sebagai salah satu cita-cita nasional maupun cita-cita negara akan dapat terwujud atau paling tidak menekan kemungkinan permasalahan potensi masyarakat untuk mendukung agar berintegrasi sendiri secara alamiah dengan sistem Cross cutting affiliation. BAB III PENUTUP Konflik pertentangan mengandung suatu pengertian tingkah laku yang lebih luas dari pada yang biasa dibayangkan orang dengan mengartikan sebagai pertentangan yang kasar dan perang. Kepentingan merupakan dasar dari timbulnya tingkah laku induvidu. Individu bertingkah laku karena adanya dorongan untuk memenuhi kepentingannya. Pada umumnya secara psikologis dikenal ada dua jenis kepentingan dalam diri individu yaitu kepentingan untuk meemenuhi kebutuhan biologis dan kebutuhan sosial / psikologis. Integrasi nasional bermakna solidaritas sosial dan kerjasama antar kelompok sosial yang harmonis tersebut, diarahkan demi keharmonisan dan persatuan kesatuan nasional Dengan dibuatnya makalah ini kami mengharapkan kepada pembaca agar bisa memahami dan dapat menerapkan di lingkungan masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Drs. H. Abu, dkk. 2009. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta Rineka Cipta Pertentangan SosialMenurut beberapa penelitian, pertentangan sosial sering kita temui di dalam kehidupan bermasyarakat. Dikarenakan perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok yang satu dengan individu atau kelompok yang lainnya. Misalnya saja tawuran, perilaku tersebut sangat sering terjadi dikalangin pelajar maupun warga masyarakat. Biasanya didasari oleh perbedaan kepentingan dan keinginan individu atau kelompok untuk menguasai hal-hal tertentu. Konflik mengandung pengertian tingkah laku yang lebih luas daripada yang biasa dibayangkan orang dengan mengartikannya sebagai pertentangan yang kasar. Terdapat tiga elemen dasar yang merupakan ciri dasar dari suatu konflik, yaitu Terdapatnya dua atau lebih unit-unit atau baigan-bagianyang terlibat didalam konflikUnit-unit tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam dalam kebutuhan-kebutuhan, tujuan-tujuan, masalah-masalah, nilai-nilai, sikap-sikap, maupun gagasan-gagasanTerdapatnya interaksi di antara bagian-bagian yang mempunyai perbedaan-perbedaan tersebut. Sebagai makhluk sosial pastinya kita saling membutuhkan satu sama lainnya. Mulai itu dari lingkup yang terkecil yaitu keluarga sampai dengan lingkup yang terbesar masyarakat. Meskipun kita adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan, namun sering kali juga terjadi pertentangan sosial. Dimana pertentangan sosial disini adalah disebabkan karena adanya koflik-konflik antar dua orang atau lebih masyarakat. Konflik juga bisa disebut dengan perbedaan pendapat, merupakan pokok permasalahan terjadinya suatu pertentangan sosial. Karena tanpa adanya konflik tidak akan pernah terjadi pertentangan. Dan diantara penyebab terjadinya konflik adalah karena 1. Perbedaan ras 2. Perbedaan suku bangsa dan negara 3. Perbedaan norma/aturan yang berlaku di daerahnya 4. Perbedaan tujuan/kepentingan individu/kelompok 5. Perbedaan Adat dan perilaku Hasil dari sebuah konflik adalah sebagai berikut meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok ingroup yang mengalami konflik dengan kelompok hubungan antar kelompok yang kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci, saling curiga harta benda dan hilangnya jiwa bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik. Konflik merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang sering dihubungkan dengan kebencian atau permusuhan, konflik dapat terjadi pada lingkungan diri sendiri, kelompok, dan taraf di dalam diri seseorang, konflik menunjuk kepada adanya pertentangan, ketidakpastian, atau emosi emosi dan dorongan yang antagonistic didalam diri seseorangPada taraf kelompok, konflik ditimbulkan dari konflik yang terjadi dalam diri individu, dari perbedaan-perbedaan pada para anggota kelompok dalam tujuan-tujuan, nilai-nilai, dan norma-norma, motivasi-motivasi mereka untuk menjadi anggota kelompok, serta minat taraf masyarakat, konflik juga bersumber pada perbedaan di antara nilai-nilai dan norma-norma kelompok dengan nilai-nilai an norma-norma kelompok yang bersangkutan dalam nilai, tujuan dan norma serta minat, disebabkan oleh adanya perbedaan pengalaman hidup dan sumber-sumber sosio-ekonomis didalam suatu kebudayaan tertentu dengan yang aa dalam kebudayaan-kebudayaan lain. Adapun cara pemecahan konflik tersebut 1 2 3 4 5 Lihat Sosbud Selengkapnya

makalah pertentangan sosial dan integrasi masyarakat